Sabtu, 31 Desember 2011

JIKA Seks bertabur MITOS


Masih ingat, nenek pernah melarang anak perempuan naik kuda? Takut menjadi tidak perawan, katanya. Anda yang cukup melek ilmu pasti tersenyum mencerna kalimat nenek yang tampak menyeramkan itu..

Banyak mitos seksualitas berkembang di masyarakat. Mitos pada awalnya hanya sebuah cerita yang biasanya disebarkan secara turun-temurun, tetapi kemudian ditelan mentah-mentah dan dipercaya meski nyatanya tidak benar atau merugikan kesehatan.


Baru-baru ini, Yayasan Mitra Inti, lembaga nirlaba yang sudah berusia 10 tahun membeberkan wawasan tentang fakta-fakta seksualitas melalui buku berjudul Kespropholic Seri 2, Mitos Seputar Masalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi.


Guru Besar FKUI, yang sekaligus Ketua Yayasan Mitra Inti, Budi Utomo, menuturkan klasifikasi mitos seksualitas antara lain hal-hal berupa simbolik.


"Misalnya soal sunat perempuan, secara medis sunat untuk perempuan tidak dianjurkan, terutama yang memotong jaringan klitoris," kata guru besar itu.


Dia juga menyoroti budaya yang berkembang di perkotaan tentang pelayaan gurah vagina. Budi mengatakan gurah tersebut juga merupakan mitos karena secara medis tidak menguntungkan.
Berbicara soal laki-laki, orang awam banyak menduga bahwa kaum adam lebih menyukai perempuan berpayudara besar. Secara medis ternyata pendapat itu tidak terbukti kebenarannya. Tidak semua laki-laki menyukai perempuan berpayudara besar.
Menurut penelitian, sekitar 25% laki-laki menyukai perempuan berpayudara besar dan 65% justru menyukai perempuan dengan bentuk tubuh proporsional.


Mereka cenderung berpendapat bahwa perempuan berpayudara besar biasanya lebih subur, mempunyai banyak air susu dan memiliki gairah seksual yang tinggi.
Mitos juga berkembang di seputar ukuran alat vital pria. Misalnya tentang penis besar yang diyakini mempengaruhi kenikmatan seksual. Oleh karena percaya dengan mitos itu, kata dokter konsultan kesehatan Handrawan Nadesul, banyak pria yang merasa penisnya kecil menjadi malu, kurang percaya diri, bahkan takut untuk berhubungan seksual hingga tidak mampu melakukannya.
"Padahal besar kecilnya penis tidak berkaitan dengan potensi seksual seseorang dan tidak menjamin meningkatkan kepuasan seksual."
Soal kepuasan, mitos ukuran penis saat ereksi harus mencapai 8 inci. Ini dapat dibantahkan karena panjang g-spot perempuan hanya berada kira-kira 5 cm dari luar vagina sehingga tidak perlu alat kelamin berukuran panjang atau besar.


Remaja
Mitos semacam ini juga berkembang pada remaja. Ada yang berpendapat hubungan seksual hanya satu kali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal faktanya hubungan seksual yang dilakukan hanya satu kali pun dapat menyebabkan kehamilan selama perempuan itu dalam masa subur.


Karena itu, kecelakaan seks sering terjadi hanya karena informasi yang salah kaprah. Oleh karena itu pendidikan seks semestinya bisa menyelesaikan buta seks kaum remaja agar tidak sampai telanjur menjadi korban.


Ada pula mitos yang menyebutkan selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi. Ternyata tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meragang dan robek karena beberapa hal.
Selain karena melakukan hubungan seksual, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olahraga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seksual.
Mitos lainnya yang menyangkut orang hamil juga ikut berkembang. Misalnya, perempuan hamil tidak boleh makan ikan karena si bayi akan bau amis. Padahal, mengonsumsi ikan tidak akan membuat anak terlahir bau amis. Ikan justru mengandung lemak omega 3 yang bagus untuk perkembangan otak anak.


Ada lagi mitos bila anak diare berarti mau pintar bicara, berjalan dan sebagainya. Kenyataannya diare itu bisa disebabkan oleh pencernaan anak masih sensitif terhadap cemaran kuman paling jinak sekalipun. Untuk itu, ibu tetap perlu waspada, apakah susu atau makanan yang dikonsumsinya sudah cocok, bersih, dan tepat.


Waspadai juga gejala alergi gula dalam susu anak. Selain itu, harus perhatikan kebersihan botol susu dan dot, kebiasaan jalan dan juga kebiasaan anak mengisap jempol. Diare juga bisa disebabkan oleh bibit penyakit baik virus, kuman, parasit, jamur maupun cacing. Berarti diare tidak ada hubungannya dengan kepintaran anak.
Jadi, jangan percaya begitu saja dengan mitos. Bukannya meremehkan kata nenek, hanya saja Anda perlu lebih cermat atas kebenarannya.




Reni Efita Hendry
Bisnis Indonesia



Semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar